Sabtu, 19 Oktober 2024

"Masjid Jogokariyan dan Masjid Sejuta Pemuda: Jejak Sejarah yang Hidup, Cahaya Sosial yang Menyala di Hati Pemuda"

 

Di tengah kota Yogyakarta yang penuh dengan warisan budaya dan sejarah, terdapat sebuah masjid yang tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga simbol perubahan sosial dan spiritual yang signifikan bagi masyarakat setempat. Masjid Jogokariyan, didirikan pada tahun 1966 dan mulai digunakan pada tahun 1967, memiliki sejarah yang panjang dan peran penting dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Namun, tidak hanya di Yogyakarta, di Kota Sukabumi, Jawa Barat, terdapat masjid yang memiliki konsep unik dan ramah anak serta ramah kucing, yaitu Masjid Sejuta Pemuda, yang juga dikenal sebagai Masjid At-Tin. Kedua masjid ini memiliki banyak kesamaan dalam peran dan kegiatan sosialnya, meskipun memiliki karakteristik yang berbeda.

Asal Usul dan Peran Penting

Nama masjid ini diambil dari kampung tempatnya berdiri, yaitu Kampung Jogokariyan. Proses pembangunan masjid ini dimulai dari wakaf seorang pedagang batik dari Karangkajen, Yogyakarta. Tanah wakaf aslinya berukuran 600 meter persegi, namun luas bangunan akhirnya berkembang menjadi 1.118 meter persegi. Masjid Jogokariyan bukan hanya sebuah tempat ibadah; ia juga menjadi pusat aktivitas sosial dan keagamaan bagi masyarakat sekitar. Bangunan masjid ini didirikan di tengah-tengah kampung, sehingga mudah dijangkau oleh penduduk setempat.

Di sisi lain, Masjid Sejuta Pemuda dikenal sebagai masjid ramah anak dan ramah kucing. Setiap hari, banyak anak-anak berkumpul dan bermain di area masjid, sementara marbot masjid tidak keberatan dengan kehadiran mereka. Ketika waktu salat tiba, anak-anak diminta untuk bergabung dalam shaf salat. Selain itu, masjid ini juga memelihara kucing-kucing jalanan yang dirawat dengan baik oleh pengurus masjid.

 Program dan Aktivitas Unggulan


https://id.pinterest.com/search/pins/?q=sodakoh&rs=typed

Salah satu program unggulan Masjid Jogokariyan adalah Program Saldo Infak Nol Rupiah. Tujuannya adalah membuat saldo infak yang masuk ke masjid selalu habis digunakan untuk kepentingan masjid dan warga sekitar, sehingga tidak menimbun hasil infak. Selama bulan Ramadhan, Masjid Jogokariyan menjadi sentral bagi acara-acara keagamaan. Kampung Ramadhan Jogokariyan (KRJ) adalah kampung yang dipenuhi pedagang-pedagang UMKM yang menjajakan takjil gratis dan berbagai macam menu tradisional saat berbuka puasa. Acara ini telah berlangsung lebih dari 18 tahun dan menjadi ikon Ramadhan di Yogyakarta.

 

https://id.pinterest.com/search/pins/?q=kopi&rs=typed

Masjid Sejuta Pemuda juga memiliki pelayanan unik, yaitu pelayanan kopi gratis yang disediakan oleh marbot yang berpengalaman sebagai barista. Kopi yang disajikan bukan kopi instan, melainkan kopi berkualitas tinggi yang diolah dari biji kopi asli. Ini menciptakan suasana seperti kafe, membuat jemaah merasa lebih betah berlama-lama di masjid. Selain kopi, jemaah juga disuguhkan makanan ringan dan fasilitas seperti bantal dan kasur untuk beristirahat setelah salat.

 

 Arsitektur dan Fasilitas

Masjid Jogokariyan memiliki bangunan utama tiga lantai dengan luas total 1478 meter persegi. Bangunan ini dilengkapi dengan ruang utama, serambi, ruang serbaguna, ruang tidur/penginapan, etalase, kantor, gudang, poliklinik, perpustakaan, garasi, tempat Wudu, kamar mandi, dapur, dan menara.

 

Masjid Sejuta Pemuda memiliki konsep unik yang menggabungkan fungsi ibadah dengan suasana sosial yang ramah dan nyaman. Bangunan masjid ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang membuat jemaah merasa nyaman dan betah.

 

 Visi dan Misi

Visi Masjid Jogokariyan adalah "Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir batin yang diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di masjid." Misi masjid ini termasuk menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat, menjadikan ubudiyah di masjid, menjadikan masjid tempat rekreasi rohani jama'ah, Merujuk permasalahan, dan menjadikan masjid pesantren dan kampus masyarakat.

 

Masjid Sejuta Pemuda memiliki misi yang serupa, yaitu menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan sosial dan spiritual. Mereka mengadakan berbagai program, termasuk pengajaran mengaji untuk anak-anak setiap sore. Dengan demikian, Masjid Sejuta Pemuda tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai solusi bagi berbagai kebutuhan masyarakat sekitar.

 

 Nama Masjid

Nama "Sejuta Pemuda" diambil dari jumlah pemuda di Sukabumi yang mencapai sekitar 1,3 juta, sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Hal ini mencerminkan harapan bahwa masjid ini dapat menjadi tempat berkumpul bagi generasi muda untuk beribadah dan melakukan kegiatan positif lainnya.

 

 Komunitas dan Kegiatan

Masjid ini dikelola oleh sekelompok pemuda yang berkomitmen untuk menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan sosial dan spiritual. Mereka mengadakan berbagai program, termasuk pengajaran mengaji untuk anak-anak setiap sore. Dengan demikian, Masjid Sejuta Pemuda tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai solusi bagi berbagai kebutuhan masyarakat sekitar.

 

Dengan semua fitur unik ini, Masjid Sejuta Pemuda telah menjadi tempat yang menarik bagi banyak orang di Sukabumi untuk berkumpul, beribadah, dan bersosialisasi. Demikian pula dengan Masjid Jogokariyan, yang telah menjadi ikon Ramadhan di Yogyakarta dan pusat kegiatan sosial dan keagamaan bagi masyarakat setempat.

 

Kedua masjid ini, meskipun memiliki karakteristik yang berbeda, menunjukkan bagaimana sebuah masjid dapat menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah. Mereka menjadi pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan perubahan spiritual bagi masyarakat di sekitar mereka. Masjid Jogokariyan dan Masjid Sejuta Pemuda adalah contoh nyata bagaimana masjid dapat menjadi solusi bagi berbagai kebutuhan masyarakat dan menjadi simbol perubahan sosial dan spiritual yang signifikan.


Referensi:

[1] https://www.liputan6.com/regional/read/5614142/masjid-sejuta-pemuda-di-sukabumi-marbot-jadi-barista-sediakan-kopi-gratis-untuk-jemaah

[2] https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7437452/masyaallah-di-sukabumi-ada-masjid-ramah-anak-dan-ramah-kucing

[3] https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-keunikan-masjid-sejuta-pemuda-di-sukabumi-ramah-kucing-dan-sediakan-kopi-bagi-pengunjung-115927-mvk.html

[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Jogokariyan

[5] https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/116711

[6] https://sibakuljogja.jogjaprov.go.id/blog/pasarkotagedeyia/masjid-jogokariyan-sejarah-dan-kampung-ramadhan/

[7] https://masjidjogokariyan.com/sejarah-masjid-jogokariyan/

Senin, 14 Oktober 2024

Ir. Sholah Athiyah: Pengusaha Mesir yang Jadikan Allah SWT Sebagai Mitra Bisnis

 

https://images.search.yahoo.com/images/view;_ylt=Awr93CWEwgxnBE83nhyJzbkF;_

Kisah inspiratif tentang pengusaha sukses yang menjadikan prinsip agama sebagai pondasi bisnis mungkin sudah banyak terdengar.Namun, Ir. Sholah Athiyah, seorang pengusaha dari Mesir, membawa konsep ini ke tingkat yang berbeda. Lahir di desa kecil Tafahna Al Ashraf, Mesir, dari keluarga miskin, Sholah berhasil menjadi pengusaha sukses dengan cara yang unik: menjadikan Allah SWT sebagai mitra bisnisnya.

 Dari Kemiskinan Menuju Sukses

Sholah tumbuh di lingkungan serba kekurangan. Ia adalah lulusan Universitas Pertanian yang bercita-cita ingin memajukan desanya. Bersama delapan temannya, mereka mengumpulkan modal dengan cara menjual tanah, perhiasan, dan meminjam dari kerabat. Tujuan mereka adalah menciptakan lapangan kerja dan mencapai kesuksesan melalui bisnis yang halal.

 Allah Sebagai Mitra Ke-10

Hal yang paling unik dari Sholah dan teman-temannya adalah ide untuk menjadikan Allah sebagai "mitra ke-10" dalam bisnis mereka. Mereka menyepakati bahwa 10% dari keuntungan bisnis akan diserahkan sebagai bagian untuk Allah. Seiring berkembangnya usaha mereka, persentase ini meningkat hingga 50%. Mereka percaya bahwa keberhasilan mereka adalah berkat dari Allah, dan semakin besar yang mereka berikan, semakin besar pula berkah yang mereka terima.

Bisnis yang Berkembang dan Keberkahan

Bisnis awal mereka berupa peternakan unggas kecil. Meskipun hasil awalnya minim, usaha mereka perlahan berkembang pesat. Keuntungan meningkat, dan bisnis mereka meluas hingga ke sektor pertanian. Keberhasilan ini juga dirasakan oleh masyarakat sekitar, karena sebagian besar keuntungan digunakan untuk membangun sekolah, madrasah, hingga universitas di desa mereka.



Amal dan Wakaf

Sholah menggunakan kekayaannya untuk kebaikan, menciptakan program wakaf bagi fakir miskin dan memberikan bantuan ekonomi kepada masyarakat. Filosofinya sederhana: kekayaan sejati adalah ketika bisa bermanfaat bagi banyak orang.

 Pengusaha yang Rendah Hati

Walau sukses besar, Sholah tidak pernah mencari ketenaran. Ia lebih dikenal sebagai "karyawan Allah" yang bekerja untuk umat. Hanya setelah kematiannya pada tahun 2016, kisah amalnya mulai terungkap ke publik.

Warisan yang Abadi

Sholah Athiyah meninggal dunia pada 11 Januari 2016. Pemakamannya dihadiri lebih dari setengah juta orang, sebuah bukti dari dampak positif yang ia berikan kepada masyarakat. Hingga kini, universitas, sekolah, dan madrasah yang ia dirikan terus memberikan pendidikan dan harapan bagi banyak orang.

Kisah Sholah Athiyah mengajarkan bahwa sukses bukan hanya tentang keuntungan materi, tetapi juga tentang bagaimana kita memberikan manfaat bagi orang lain.

References

Shehu, Ahmad, & Al-Aidaros. (2015). Islamic Entrepreneurship in the Light of Maqasid Al-Shari’ah: A Critical Review. Journal of Social and Development Sciences, Vol. 6, No. 4, hlm. 6-14,

Mais, Rimi Gusliana. 2024. “Menguak Entrepreneurship Perspektif Qur ’ an : Karakter Tokoh Pengusaha Muslim Mesir” 10 (02): 1780–88.

"Masjid Jogokariyan dan Masjid Sejuta Pemuda: Jejak Sejarah yang Hidup, Cahaya Sosial yang Menyala di Hati Pemuda"

  Di tengah kota Yogyakarta yang penuh dengan warisan budaya dan sejarah, terdapat sebuah masjid yang tidak hanya menjadi pusat ibadah, teta...